2010/01/11

PENDIDIKAN ISLAM MODERN

Dosen Pembimbing :
Mahsun Djayadi M.Si
Disusun Oleh :
Arman


STAI “ TASWIRUL AFKAR “
FAKULTAS TARBIYAH SURABAYA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JANUARI 2009
PENDIDIKAN ISLAM MODERN

Disusun untuk memenuhi persyaratan
tugas mata kuliah Sejarah pendidikan islam


KATA PENGANTAR


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw. Yang telah memberi kelancaran dan kemudahan pada kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat dengan maksud memenuhi tugas mata kuliyah Sejarah pendidikan islam sebagai dasar tuntutan program pendidikan Sistem Kredit Semester ( SKS ), dengan tujuan untuk melatih Mahasiswa agar dapat memnayar karya ilmiyah yang baik dan benar.

Selanjutnya terima kasih penulis sampaikan kepada :
a. Bapak mahsun djayadi M.Si, selaku Dosen pembimbing makalah.
b. Para Bapak / Ibu Dosen STAI Taswirul Afkar yang secara tidak
langsung telan membekali penulis dalam menyusun makalah ini.
c. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah
inisehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Selanjutnya Penulis megharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya hanya kepada Allah kami mengharap ridho agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khusunya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual dan sangat sadar akan nilai etis Islam, atau "Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah.
Pendidikan Islam suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam. Dari pengertian di atas, pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya. Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa datang.
Dengan demikian, "pendidikan merupakan sarana terbaik untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan disetiap cabang pengetahuan manusia.Allah berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.(az Zumar:9)

Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Allah berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(al Mujadilah: 11)
Pendidikan selalu berkembang, dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu, mau tak mau pendidikan harus didisain mengikuti irama perubahan tersebut, apabila pendidikan tidak didisain mengikuti irama perubahan, maka pendidikan akan ketinggalan dengan lajunya perkembangan zaman itu sendiri
. Pendidikan Islam sekarang ini dihadapkan pada tantangan kehidupan manusia modern. Dengan demikian, pendidikan Islam harus diarahkan pada kebutuhan perubahan masyarakat modern. Dalam menghadapi suatu perubahan, "diperlukan suatu disain paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, demikian kata filsuf Kuhn. Menurut Kuhn, apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigma lama, maka segala usaha yang dijalankan akan memenuhi kegagalan.

B. Rumusan Masalah
1. Baaimana Sejarah Transplantasi Organ Tubuh. ( زرع الأ عضــاء )?
2. Bagaimana Hukum Transplantasi Organ Tubuh. ( زرع الأ عضــاء )?
3.Apa Macan pendonoran anggota tubuh ?
4. Bagaimana hukum Transplantasi Organ Tubuh ( زرع الأ عضــاء )Menurut hukum Negara?

C. Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Membangun Pendidikan Islam Modern
Seorang pelajar dituntut tak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga beriman dan bertakwa. Sejak 13 abad silam tepatnya pada 750-1258 Masehi (tahun 133-656 H), perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam tumbuh pesat. Madrasah nizhamiyah, lembaga pendidikan Islam yang didirikan Dinasti Abbasiyah di masa Kekhalifahan Harun al-Rasyid kemudian diteruskan oleh putranya, Khalifah al-Ma'mun, Kota Baghdad (Irak) menjadi pusat peradaban ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Ketika itulah masa kejayaan Islam (The Golden Ages of Islam) dalam bidang pendidikan.Ketika itu, madrasah nizhamiyah sudah menerapkan sistem pembelajaran secara sistematis sehingga memudahkan para penuntut ilmu dalam menerima pelajaran yang diberikan. Pada masa ini pula, lembaga perpustakaan (Baitul Hikmah) didirikan. Termasuk pusat penelitian (laboratorium). Karena itu, madrasah nizhamiyah menjadi cikal bakal berdirinya lembaga pendidikan Islam modern seperti saat ini.
Pendidikan Islam adalah sebuah sarana atau pun furshoh untuk menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Di sini para pendidik muslim mempunyai satu kewajiban dan tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada anak didiknya, baik melalui pendidikan formal maunpun non formal.
Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan yang lain. Pendidikan Islam lebih mengedepankan nilai-nilai keislaman dan tertuju pada terbentuknya manusia yang berakhlakul karimah serta taat dan tunduk kepada Allah semata. Sedangkan pendidikan selain Islam, tidak terlalu memprioritaskan pada unsur-unsur dan nilai-nilai keislaman, yang menjadi prioritas hanyalah pemenuhan kebutuhan indrawi semata.
Indonesia adalah sebuah negara besar yang memiliki penduduk ratusan juta jiwa. Indonesia juga adalah negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Menurut sebuah perhitungan manusia Muslim Indonesia adalah jumlah pemeluk agam Islam terbesar di dunia. Jika dibanding dengan negara-negara Muslim lainnya, maka penduduk Muslim Indonesia dari segi jumlah tidak ada yang menandingi. Jumlah yang besar tersebut sebenarnya merupakan sumber daya manusia dan kekuatan yang sangat besar, bila mampu dioptimalkan peran dan kualitasnya. Jumah yang sangat besar tersebut juga mampu menjadi kekuatan sumber ekonomi yang luar biasa. Jumlah yang besar di atas juga akan menjadi kekuatan politik yang cukup signifikan dalam percaturan nasional.
Namun realitas membuktikan lain. Jumlah manusia Muslim yang besar tersebut ternyata tidak mamiliki kekuatan sebagaimana seharusnya yang dimiliki. Jumlah yang sangat besar di atas belum didukung oleh kualitas dan kekompakan serta loyalitas manusia Muslim terhadap sesama, agama, dan para fakir miskin yang sebagian besar (untuk tidak mengatakan semuanya) .
Makalah ini mencoba untuk memberikan gambaran secara global tentang pendidikan Islam Indonesia saat ini sebagai landasan awal untuk meneropong moralitas bangsa di masa depan. Moralitas masa depan bangsa menjadi sangat penting untuk diteropong, karena didasarkan pada asumsi awal sebagian pakar yang berpendapat bahwa salah satu factor penyebab atau “biang keladi” terjadi dan berlangsungnya krisis multidimensional negara Indonesia adalah masalah moralitas bangsa yang sangat “amburadul” dan tidak “karu-karuan”.
Kalau kita kembali kepada sejarah pendidikan Islam di Indonesia, maka kita akan temukan bahwa pada awal munculnya pendidikan Islam tidak terlepas dari peran para pembawa Islam ke Indonesia sendiri.
Pendidikan Islam di Indonesia telah ada semenjak Islam masuk ke Indonesia. Yaitu, melalui dakwah mereka dalam menyebarkan Islam, walaupun bentuknya tidak formal seperti sekolah-sekolah yang ada sekarang. Seperti, sambil berdagang mereka mendakwahkan Islam. Seiring perjalanan sejarah, pendidikan Islam semakin tahun semakin mengalami perkembangan. Apalagi setelah muncul dua organisasi besar Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama’ (NU). Kedua organisasi ini bergerak dalam bidang dakwah melalui pendidikan, ada yang dengan sistem klasik dan ada yang modern.
Misalnya, Muhammadiyah pada awal berdirinya 18 November 1912 M mendirikan madrasah pertamanya yaitu Al-Qism Al-Arqo’. Madrasah ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah sendiri, dan sekarang berubah nama menjadi PP. Muallimin Muallimat Jogjakarta. Pendidikan semacam ini didirikan oleh Muhammadiyah untuk mengimbangi pendidikan kolonial Belanda yang cenderung jauh dari nilai-nilai keislaman, bahkan cenderung meracuni bangsa.
Sedangkan NU yang didirikan tanggal 31 Januari 1926 M, walaupun menurut sejarah pernah masuk dan menjadi partai politik dan menjadi kontenstan dalam pemilu 1955 dan 1971, organisasi ini tetap menaruh perhatian besar terhadap pendidikan Islam. Memang NU tidak bergerak melalui madrasah-madrasah atau sekolah umum seperti Muhammadiyah, akan tetapi mayoritas pendidikan Islam di NU banyak berkembang di dalam pesantren yang di gunakan sebagai tempat pengkaderan.
Walaupun demikian, tidak dapat dinafikan bahwa masih banyak lembaga-lembaga Islam yang jauh tertinggal. Menurut Abd. Assegaf Pendidikan Islam di Indonesia saat ini bisa dibilang mengalami intellectual deadlock (kebuntuan intelektual).
Indikasinya adalah minimnya upaya pembaharuan dalam pendidikan Islam, Praktik pendidikan Islam selama ini masih memelihara budaya lama yang tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual, model pembelajaran yang masih menekankan pada pendekatan intelektualisme verbalistik dan mengenyampingkan urgensi interactive education and communication antara guru dan murid, orientasi pendidikan Islam lebih menitikberatkan pada pembentukan insan sebagai abdun (hamba) bukan pada fitrohnya sebagai kholifah di bumi.
Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, Maka pendidikan Islam dituntut untuk bergerak dan mengadakan inovasi-inovasi dalam pendidikan. Mulai dari paradigma, sistem pendidikan dan metode yang digunakan. Ini dimaksudkan agar perkembangan pendidikan Islam tidak tersendat-sendat. Sebab kalau pendidikan Islam masih berpegang kepada tradisi lama yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK, maka pendidikan Islam akan buntu.
ada beberapa hal yang perlu dibangun dalam pendidikan Islam supaya dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, yaitu:
Pertama : Rekontruksi paradigma, dengan mengganti paradigma yang lama dengan paradigma baru, bahwa konsep pendidikan yang benar harus selalu sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Rekontruksi ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi pendidikan Islam, yakni keluar dari belenggu dikotomi ilmu pengetahuan, keluar dari sistem pendidikan yang doktrinir dan otoriter, terlepas dari penyimpangan profesionalitas pendidik.
Kedua : Memperkuat landasan moral. Kita melihat pengaruh dari globalisasi yang telah menimpa Indonesia, moral barat dengan mudahnya masuk ke dalam negari ini dan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia, Maka sangat urgen sekali kalau moral para praktisi pendidikan Islam dibangun dan dibentuk dengan kokoh, supaya tidak terpengaruh dengan budaya barat tersebut.
Ketiga : Menguasai lebih dari dua bahasa.
Keempat : Menguasai komputer dan berbagai program dasarnya.
Kelima : Pengembangan kompetensi kepemimpinan
Pendidikan Islam ke depan harus lebih memprioritaskan kepada ilmu terapan yang sifatnya aplikatif, bukan saja dalam ilmu-ilmu agama akan tetapi juga dalam bidang teknologi. Sebab selama ini Pendidikan Islam terlalu terkonsentrasikan pada pendalaman dikotomi halal haram dan sah batal, namun terlalu mengabaikan kemajuan IPTEK yang menjadi sarana untuk mencapai kemajuan di era modern ini.
Sejarah telah mencatat, pada awal abad VIII umat Islam telah menorehkan tinta emas kemajuan iptek jauh sebelum terjadinya revolusi Industri yang diagung-agungkan bangsa Eropa. Kala itu, Ilmuwan-ilmuwan Islam dapat meletakkan dasar kemajuan iptek yang tentu saja atas dasar agama. Diantara ilmuwan seperti, Abu Bakr Muhammad bin Zakariya ar-Razi (Razes [864-930 M]) yang dikenal sebagai ‘dokter Muslim terbesar’, atau pakar kedokteran Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina (Avicenna [981-1037 M]) yang hasil pemikirannya The Canon of Medicine (Al-Qanun fi At Tibb) menjadi rujukan utama ilmu kedokteran di eropa. Al Kawarijmi Jabir Ibnu Hayyan yang meninggal tahun 803 M disebut-sebut sebagai Bapak Kimia. Algoritma yang kita kenal dalam pelajaran matematik itu berasal dari nama seorang ahli matematik Muslim bernama Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi (770-840M)

Saat ini bangsa Eropa dan Amerika sedang berada pada posisi atas, mereka memegang peran yang signifikan dalam penguasaan seluruh tataran kehidupan di dunia. Hal ini sesuai dengan Sunatullah yang menyebutkan bahwa, akan ada pergiliran kekuasaan di antara manusia dan ini adalah sebuah kepastian. “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) …” Namun pergilirian ini terjadi, selain atas izin Allah, juga bergulir sesuai dengan sunatullah yang lain yaitu usaha keras bangsa Eropa dan Amerika dalam penguasaan berbagai macam disiplin ilmu. Salah satunya adalah sains.
B. Mengelola Pendidikan Islam
Ada delapan catatan tentang pengelolaan lembaga pendidikan Islam, yaitu pengelolaan di bidang
(1) Visi dan tujuan pendidikan Islam,
(2) Sumber daya manusia,
(3) Sarana,
(4) Pembelajaran,
(5) Peraturan dan perundangan,
(6) Pembiayaan,
(7) Iklim dan organisasi kerja,
(8) Kendali mutu/kepengawasan.

Selanjutnya dijelaskan sebagai berikut :Visi dan tujuan pendidikan Islam sebagaimana dirumuskan dalam UU RI No. 20/2003 sebagai pendidikan keagamaan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
Pendidikan Islam diselenggarakan untuk mempersiapkan anggota masyarakat agar memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik. Pemerintah dan bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai karakter kebangsaan, budaya dan juga cita-cita sebagai tujuan kebangsaannya.
Visi dan tujuan pendidikan tidak bisa meniru begitu saja terhadap visi dan tujuan bangsa atau negara lain. Sistem pendidikan Islam sebagai sub-sistem pendidikan nasional juga harus seiring sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Sementara pihak, memahami pendidikan Islam sebagai pendidikan doktrinasi ke-Islaman yang lepas dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Akibatnya, pemerintah dan bangsa Indonesia justru khawatir dengan “pendidikan Islam”, jangan-jangan akan menghasikan pemberontak negara.
Karena itu, semua pihak penyelenggara pendidikan Islam tidak boleh kehilangan visi sebagai arah pendidikan Islam di Indonesia. Singkat kata, pendidikan Islam dimaksudkan untuk menjadikan muslim taat beribadah dan taat berwarga negara Indonesia dengan sebaik-baiknya.Sumber daya manusia meliputi kepala/guru, pegawai administrasi, laboran dan pustakawan dan pengawas.
Masalah-masalah SDM antara lain (1) guru di madrasah dan dosen di perguruan tinggi agama Islam masih banyak yang belum memenuhi standar dilihat dari pendidikan, keahlian dan keterampilannya sebagai pendidik. Masih saja dijumpai guru yang belum diploma II (sekarang bahkan dituntut guru harus sarjana), dosen yang belum magister (S2) dan kepala sekolah yang belum cakap untuk mengembangkan sekolah. Mereka semua adalah pendidik yang sering kali dijumpai ketidakahliannya, ketidakterampilannya dan ketidakloyalitasannya dalam bekerja. Departemen Agama harus segera mengambil inisiatif taktis dan cepat untuk mengentaskan guru yang status pendidikannya belum memenuhi standar dan meningkatkan guru yang memenuhi stadar menjadi guru yang ideal. Kita hendaknya belajar keras dari pengalaman sertifikasi guru.

C. Pendidikan islam era globalisasi
Menurut Para cendekiawan muslim, pendidikan islam di era globalisasi tidak lepas dengan pendidikan yang disuguhkan oleh nilai islam itu sendiri. Mereka percaya, bahwa kemajuan pendidikan negara berkembang harus mengikuti sistem dan nilai yang ada pada pendidikan islam. Semua ditiru, dan dicontoh, berharap output yang dikeluarkan seperti pendidikan islam.
Kini tampaknya teknologi informasi yang menunjang pendidikan dapat dijangkau dengan mudah. Negara tidak perlu susah payah menciptakan komputer, karena sudah bisa membeli produknya dari negara maju. Begitu pula alat laboratorium penunjang pendidikan.
Menjadi hal yang sewajarnya, Indonesia memperbaiki posisinya di tingkat dunia dalam bidang pendidikan karena ditunjang bantuan tersebut. Indonesia tidak boleh tidak maju setelah mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Indonesia telah banyak mengadopsi sistem negara maju, mendapat dukungan materi, atau hal operasional lainnya. Semua dapat teraih dengan mudah.Meskipun begitu, tapi satu yang tidak boleh ditinggalkan adalah mengenai masalah moral.
Dapat di simpulkan bahwa lembaga pendidikan islam di Indonesia ini hanya ada dua jenis, yaitu Pondok Pesantren (Ponpes) dan Madrasah/ Sekolah Islam. apabila kita kembali melihat sejarah tentang pendidikan islam di negri ini, maka kita pun akan menemukan kedua bentuk lembaga pendidikan islam ini bahkan sebelum negara ini merdeka.Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan islam tertua di negara ini, yang berdiri bahkan ketika nusantara ini masih terkotak-kotakkan oleh kerajaan-kerajaan yang berjaya, bisa tetap eksis di era reformasi sekarang, bahkan ada diantara pesantren tersebut menjadi lembaga elit pendidikan islam di nusantara, dengan tetap memegang prinsip-prinsip dasar pesantren.
Salah satu kelebihan sekolah Islam adalah adanya sistem asrama dimana para siswanya diharuskan untuk berasrama yang letaknya di lokasi sekolah, system boarding school inilah yang sekarang ini banyak menjadi sorotan para pemikir pendidikan islam di Indonesia. boarding school atau sistem berasrama ini muncul dan menjadi alternatif bagi para orang tua yang takut akan pesantren. karena ternyata masih ada beberapa orang tua- karena tidak banyak- yang berpandangan bahwa Pesantren itu adalah lembaga pendidikan yang kumuh tradisionil dan bahkan mungkin dianggap kuno dan terbelakang. padahal ada banyak pesantren yang telah menjadi Lembaga pendidikan islam elite di Indonesia ini sebagaimana disebutkan sebelumnya
Boarding school system ini mempunyai banyak kelebihannya, diantaranya :
v Bahwa anak didik bisa diawasi dan diperhatikan kegiatannya sehari-hari, perilakunya dan tingkahlakunya,
v Bahwa anak didik bisa diawasi perkembangan potensi yang dimiliki mereka sehingga para pendidik mempunyai kesempatan untuk mengetahui potensi anak didik.
v Bahwa anak didik bisa diarahkan dan dbimbing agar potensi tersebut bisa berkembang sesuai koridor dalam tatanan pendidikan islam.
Ada beberapa sekolah islam yang muncul dengan sistem boarding school tetapi asrama tersebut tidak dalam lingkungan sekolah. dalam artian bahwa sekolah tersebut menyediakan asrama untuk para siswanya namun kegiatan sekolah diadakan di berbagai tempat yang berbeda-beda, bahkan ada yang berjauhan letak dan lokasinya.kemudian yang menjadi permasalahan adalah, adanya imej bahwa sekolah islam terpadu atau pun sekolah yang unggulan merupakan sekolah elite dan untuk kalangan elite saja, karena pada kenyataannya memang kebanyakan para siswa di sekolah-sekolah tersebut adalah anak-anak dari kalangan menengah keatas. sedangkan anak-anak miskin tetap tidak bisa merasakan duduk di bangku sekolah yang bagus dan berkualitas.
Adapula Model pendidikan berupa full day education yang memadukan kurikulum Pendidikan Nasional dan Pendidikan Islam yang bercirikan pengajaran Pondok Pesantren Era modernisasi pendidikan sekarang ini buka hanya monopoli sekolahan negeri saja. Sekolah swasta juga diberi peran yang sebesar-besarnya untuk mengembangkan diri. Sebab institusi pendidikan merupakan hal yang sangat penting sebagai embrio terwujudnya pelaku pembangunan.
Untuk mewujudkan itu, diperlukan sistem pendidikan yang ideal, dan juga dibutuhkan institusi pendidikan yang mampu mempersiapkan kader bangsa yang unggul serta mampu menjawab tantangan pembangunan bangsa dengan dilandasai nlai-nilai Islam yang luhur.
Model pendidikan yang ditawarkan ke masyarakat berupa full day education yang memadukan antara kurikulum Pendidikan Nasional dan Pendidikan Islam yang bercirikan model pengajaran Pondok Pesantren.
Siswa yang lulus akan memiliki kompetensi sesuai yang diharapkan, selain telah menguasai pelajaran umum sebagaimana lainnya, juga memiliki keunggulan di bidang keagamaan, khususnya agama Islam. Sebab, selama menempuh pendidikan para siswa juga diajari membaca berbagai kitab kuning dan tartil dalam membaca Al Quran.
Untuk terus memacu prestasi, ruang belajar siswa dibuat representatif. Tujuannya, selain siswa kerasan juga nyaman dalam proses belajar. Juga ruangan lain semisal ruang perpustakaan, yang merupakan media penunjang keberhasilan belajar dibuat senyaman mungkin. Demikian juga dengan media pembelajaran telah memakai multi media. Kami akan mengulas beberapa lembaga pendidikan islam yang terkemuka.

1. Ponpes Gontor
Pondok Gontor didirikan pada 10 April 1926 di Ponorogo, Jawa Timur oleh tiga bersaudara putra Kiai Santoso Anom Besari. Tiga bersaudara ini adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Imam Zarkasy dan yang kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.
Pada masa itu pesantren ditempatkan di luar garis modernisasi, dimana para santri pesantren oleh masyarakat dianggap pintar soal agama tetapi buta akan pengetahuan umum. Trimurti kemudian menerapkan format baru dan mendirikan Pondok Gontor dengan mempertahankan sebagian tradisi pesantren salaf dan mengubah metode pengajaran pesantren yang menggunakan sistem watonan (massal) dan sorogan (individu) diganti dengan sistem klasik seperti sekolah umum. Pada awalnya Pondok Gontor hanya memiliki Tarbiyatul Atfhfal (setingkat taman kanak-kanak) lalu meningkat dengan didirikannya Kulliyatul Mu'alimin Al-Islamiah (KMI) yang setara dengan lulusan sekolah menengah. Pada tahun 1963 Pondok Gontor mendirikan Institut Studi Islam Darussalam (ISID).
Pesantren Gontor dikelola oleh Badan Wakaf yang beranggotakan tokoh-tokoh alumni pesantren dan tokoh yang peduli Islam sebagai penentu Kebijakan Pesantren dan untuk pelaksanaannya dijalankan oleh tiga orang pengasuh (Kyai) yaitu KH Hasan Abdullah Sahal (Putra KH Ahmad Sahal). KH Sukri Zarkasy (putra KH Imam Zarkasy)dan KH Syamsul Hadi Abdan. Tradisi pengelolaan oleh tiga pengasuh ini, melanjutkan pola Trimurti (Pendiri).
Pandangan Modern KH Ahmad Sahal, sebagai Pendiri tertua dari Trimurti dan kedua adiknya yaitu KH Ahmad Fanani dan KH Imam Zarkasy diwujudkan pula dalam menyekolahkan putra-putrinya selain di sekolah agama (pesantren) juga di sekolah umum. Drs. H. Ali Syaifullah Sahal (alm) alumni Filsafat UGM dan sebuah Universitas di Australia, dosen di IKIP Malang; Dra. Hj. Rukayah Sahal dosen IKIP (UMJ) Jakarta dll.
Dan tentu menjadi bahan pemikiran anggota Badan Wakaf saat ini, untuk mewujudkan Pesantren Gontor menjadi semacam Universitas Al Azhar di Mesir, sebuah universitas yang memiliki berbagai bidang kajian (Agama serta Ilmu dan Teknologi) yang berbasiskan Islam.
Pada tahun 1994 didirikan pondok khusus putri untuk tingkat KMI dan pendidikan tinggi yang khusus menerima alumni KMI. Pondok khusus putri ini menempati tanah wakaf seluas 187 hektar. Terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Kini, pondok khusus putri memiliki empat cabang, tiga cabang berlokasi di Ngawi dan satu cabang di Sulawesi Tenggara.
Hingga kini gontor telah memiliki 10 cabang yang terdiri dari 13 kampus di seluruh Indonesia dan santri/ santriwatinya mencapai 14.273 orang. Tidak seperti pesantren pada umumnya, para pengajarnya pun berdasi dan bercelana panjang pantalon.
2. Ponpes Al-Zaytun
. Al-Zaytun, sebuah lembaga pendidikan terpadu milik bangsa, yang menjadi salah satu pilar pencerdasan bangsa bermotto Toleransi dan Perdamaian. Diresmikan Presiden Republik Indonesia BJ Habibie, 27 Agustus 1999.
Lahir dari proses panjang pewujudan mimpi, kerinduan, perenungan, pemikiran dan cita-cita seorang putera bangsa Syaykh Abdussalam Panji Gumilang bersama para sahabatnya. Syaykh Panji Gumilang Grand Architect Al-ZaytunSyaykh Al-Zaytun yakin, lembaga pendidikan yang diimpikan,didirikan dan diasuhnya akan menjadi media, tempat atau wahana dan sebagai titik tolak, pilar untuk mengajak dan mencerdaskan bangsa ini menjadi manusia yang intelek-tual, menguasai sains dan teknologi, mengimbangi kemajuan bangsa lain dan memiliki moral tinggi, berwawasan internasional dan kental dengan rasa kemanusiaan, toleransi dan perdamaian serta mengejawantahkan kebebasan dalam bingkaiinteraks iinterdependens Ide yang dilatarbelakangi oleh perjalanan sejarah bangsa Indonesia dan sejarah umat manusia di dunia.
Abad lalu, abad 20 adalah abad yang perlu diiktibari karena terjadinya berbagai perang. Angannya menerawang, ke depan tidak boleh terjadi perang lagi di dunia ini seperti abad lalu. Begitupula, setidaknya, Indonesia harus damai!Diilhami hal itu, ide itu mengembang dan melahirkan solusi bahwa untuk menciptakan keseimbangan dunia yang damai itu, minimal terjadi di Indonesia, Indonesia yang damai, hanya dengan keseimbangan intelektual. Keseimbangan intelektual itu dapat diwujudkan dengan menciptakan pendidikan yang baik. Pendidikan yang bervisi pengembangan budaya toleransi dan budaya perdamaian.Tanggal 27 Agustus 1999, mempunyai makna sejarah yang amat berarti bagi Al-Zaytun (Ma’had Al-Zaytun).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar